Berbisnis
dengan cinta. Namanya bu Supardi, itu ikut nama suaminya. Tapi di
Pasar Petarukan -Pemalang, namanya ngetop dengan bu Bajul : sesuai
"nickname" suaminya.
Kiosnya hanya sepetak kecil, yang
diperjuangkannya dengan hidangan super sederhana : tahu campur.
Ramuannya hanya tahu dipotong, lontong, potongan kecil kol dan sejumput
tauge mentah. Tapi entah kenapa, sejak kenal menu "creme de la
creme" ini 30 tahun lalu, sejak makan hanya bisa kalau dibayari orang
tua, hingga bisa membayar untuk anak istri : saya merasa harus mampir
dan mampir lagi.
Pak dan bu Bajul sudah berdagang menu
sophisticated ini sejak 1970 an, jauh sebelum ibu saya menikah bahkan.
Di tempat yang sama, dengan passion yang sama. Dan hafal walau kami
datang paling setahun sekali.
Maka inilah berbisnis dengan
cinta, dengan cobek dan ulekan yang sama. Tak ada gincu-gincu polesan,
semua apa adanya. Tak ada yang dipamerkan, apalagi dengan
selubung-selubung "kerendahan hati" yang sebenarnya untuk meninggikan
mutu.
Maka, mungkin inilah resep yang membuat saya, dan mungkin
ribuan pelanggan pak dan bu Bajul ber-rendevouz di kios kecil, sumuk
dan begitu-begitu saja. Lagi dan lagi.
Maka, itulah mudik. Untuk diingatkan agar kepala harus lebih banyak menunduk.
Tidak sombong, tidak pongah. Apa adanya.
No comments:
Post a Comment