Tuesday, May 12, 2015

Nasehat Yasmin Mogahed - 29 Januari 2015

... Kita juga harus menyadari bahwa tak ada yang terjadi tanpa tujuan. Tak satu pun. Bahkan hati yang hancur. Bahkan penderitaan. Patah hati dan penderitaan merupakan pelajaran serta pertanda bagi kita.
Keduanya adalah peringatan bahwa ada sesuatu yang tak beres. Keduanya adalah peringatan bahwa kita harus melakukan perubahan. Sama seperti rasa terbakar memperingatkan agar kita menjauhkan dari api. Kita perlu melepaskan.

Penderitaan merupakan bentuk pelepasan paksa....

--- Yasmin Mogahed, Reclaim Your Heart, Halaman 23
Nasehat bagus untuk diri sendiri yang mudah merasa berada di zona nyaman

Puisi Adi bin Zaid - 30 Januari 2015

... Wahai orang yang mencela dan menghina orang lain,
apakah kau lepas dari ujian dan cobaan ?
atau kau punya janji kuat dari hari-hari?
engkau adalah orang bodoh dan tertipu..
Artinya : Wahai orang yang selalu menghina dan melecehkan orang lain, apakah Anda terikat janji untuk tidak terkena musibah seperti mereka? Ataukah hari-hari telah memberi jaminan untuk keselamatan Anda dari berbagai bencana dan cobaan? Lalu mengapa Anda selalu mencela?

--- Puisi Adi bin Zaid, sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu al-Mubarak. (dr. 'Aidh al-Qarni, La Tahzan, Hal : 171)

Open Your Mind - 31 Januari 2015

.. Aku akan menghampiri orang yang lagi berjalan. Kalau ada yang sedang menunggu, aku juga akan menghampirinya. Aku tidak menilai orang dari penampilannya, karena banyak sekali klienku yang berpenampilan biasa-biasa saja tapi tertarik merencanakan keuangannya bersamaku. Klien-klienku tak harus orang kaya, kebanyakan justru kelompok menengah ke bawah.

Kita pasti sering mendengar pernyataan, OPEN YOUR MIND. Dalam bekerja, membuka pikiran seluas-luasnya sangat penting. Kalau belum apa-apa kita sudah picik, berfikir dalam satu dimensi, bahkan melakukan PELABELAN, kita akan sulit maju. Kalau kita terbuka dengan berbagai ide, gagasan, dan fakta, kita akan menemukan bahwa apa yang umum diketahui itu ternyata memiliki berbagai kelemahan.

--- Merry Riana, Langkah Sejuta Suluh, Hal : 167
*** Untuk Training GTS, new recruit BHR Team - 31 Januari 2015

Mengasah Kapak - 3 Februari 2015

Alkisah, hidup seorang penebang pohon handal. Hebat, dan semua orang mengakuinya. Dia masyhur hingga tiap orang mengelukannya. Dia menepuk dada, dia leluasa merendahkan dan menghina.
Satu dasawarsa kemudian, dia merasa makin tak berdaya. Jumlah pohon yang ditebangnya kini tak sampai separuh jumlah pohon yang bisa ditebangnya dulu. "Mungkin aku makin tua," begitu pikirnya.

Hingga suatu saat dia bertemu seorang tua bijaksana, yang menyuruh si penebang pohon mengasah kapaknya. Kapak tumpullah yang membuat batang pohon terasa liat tak mau ditebang.
Temukan dan bacalah buku sebagai si tua bijak, dia yang mengajarkanmu melumat ilmu, mengasah pikiran dan mengikis kepongahanmu. Tentu, makin lengkap dengan secangkir kopi hangat.

Hujan - 10 Februari 2015

Bosan juga menonton berita di TV, seolah banjir kali ini baru pertama kali terjadi. Semua orang berbicara, berpendapat, tapi minim aksi. Banjir lagi-lagi terjadi. Besok bila hujan sudah mulai reda, sampah mulai lagi dibuang ke kali dan sungai diurug untuk rumah dan tempat menginjakkan kaki. Bosan juga menonton berita TV, seolah isu mobnas adalah berita penting yang baru pertama kali terjadi, dalilnya rasa nasionalisme yang terusik. Besar sekali kabar itu mengalahkan berita BBM, KPK dan Polri. Tapi bukankah negara jiran sudah lama "menyimpan" 1400 cabang bank-nya di negeri kita-menghimpun dan memutar uang kita dalam pundi-pundi mereka. Kita menelpon memakai BTS dan pulsa yang dijual oleh Singapura : mana itu nasionalisme.
Maka para koruptor, segeralah melakukan korupsi, saat media lengah dan terbuai dengan isu yang gonta-ganti ini.
Tapi, tak bisa bosan aku mengamati Hujan. Rintikannya dari teritis atas teras, secara istiqomah menitik akhirnya melubangi batu besar di bawahnya. Bukankah itu sebenarnya yang kita tak punya, konsisten melakukan sesuatu (yang baik) tanpa terombang-ambing isu dan berita?
Pagi ini, dalam dingin, aku belajar dari hujan.

Menara kembar - 23 Februari 2015

Ibu Maria, pemandu wisata yang menemani kami berkeliling Kuala Lumpur minggu lalu, tertawa terbahak ketika salah satu dari kami bilang ingin ke Petronas untuk berfoto.
Katanya dengan logat Melayu yang kental,"Kalau bapak dan ibu ingin berfoto di Petronas, saya akan bawa bapak dan ibu ke gas station (SPBU) terdekat". dan kesampaianlah para turis-turisan ini berpose di depan gedung kembar dengan desain melingkar-lingkar : Menara Kembar (Twin Tower) KLCC, tempat Petronas berkantor pusat.
Gagasan membuat menara ini muncul dari keprihatinan Perdana Menteri Malaysia saat itu, Tun Dr Mahathir Mohammad. Malaysia hanya negara kecil, penduduknya tak sampai 10% penduduk negara saudara tuanya yang sudah lebih dulu merdeka. Tidak ada apa-apanya, dan bukan siapa-siapa. Melihat Malaysia, saya seperti melihat Sumatera Barat dan Riau. Mirip.
Pak Mahathir berfikir, Malaysia bila tak punya ikon, maka akan dilupakan dunia. Malaysia harus punya ikon bila itu tak terbesar maka ikon itu harus tertinggi sedunia , demikian katanya.
Gagasan besar itu diwujudkan, dan pada 1 Maret 1993 tanah sudah mulai digali. Cesar Pelli, arsitek Amerika keturunan Argentina memeras otak, dan lahirlah sebuah desain post modern dengan "aroma" Islam. Tapi semua gagasan besar memang lahir setelah berhadapan dengan berbagai kendala, hambatan dan kesulitan. Tanah tempat gedung ini akan dibuat adalah ujung tebing berbatu keras. Namun di sudut lainnya adalah tanah labil yang -nyaris- mustahil menahan beban sebuah gedung tinggi (dan pasti berat).
Disitulah letak kekuatan kesungguhan hati. Maka Menara kembar ini lahir sebagai gedung dengan pondasi paling dalam sedunia. Menelan lebih dari 35.000 ton beton cor. Untuk menyelesaikan pondasi saja, perlu waktu 12 bulan.

Bukankah memang seperti itu, "bangunan" yang kokoh haruslah disusun dari "pondasi" yang kokoh pula? dan butuh waktu lama untuk menciptakan "pondasi" yang kokoh itu.
Berbagai tantangan mulai bermunculan, dari mulai pembiayaan (yang akhirnya melibatkan dua konsorsium dari dua negara yang berbeda untuk dua towe itu : Korea dan Jepang) hingga proses pembangunan 88 lantai yang memerlukan banyak besi itu. Alih-alih menyerah, untuk menekan biaya, bangunan ini lebih mengandalkan sususan beton daripada konstruksi besi -yang biasa dipakai untuk gedung tinggi- untuk menghemat biaya.

Bukankah memang seperti itu, untuk bisa mewujudkan gagasan besar diperlukan kreativitas yang tak sedikit? dan kreativitas itu terbetik karena adanya ilmu serta wawasan yang luas.
Menara 88 lantai sudah hampir rampung, tapi menara dua ternyata miring 25 mm dari posisi vertikal seharusnya. Sebuah upaya genting dilakukan, beberapa bagian harus dihncurkan kembali untuk meluruskannya. Dan itu jamak saja dalam sebuah usaha, tak semua bisa mulus sesuai rencana walau kita sudah menghitung dan merancangnya dengan masak. Kadang, kita harus susah payah mengulangnya dari mula.

Tepat tanggal 1 Agustus 1999 gedung ini diresmikan. Dunia memalingkan muka ke Malaysia. Menara Kembar yang dihubungkan dengan jembatan sepanjang 170 meter ini sempat menjadi Gedung tertinggi di dunia (1998-2004), dan hingga kini menjadi ikon pariwisata Malaysia. Tak lengkap ke Malaysaia bila tak berfoto dengan latar gedung ini di belakangnya.

Maka, Bukankah demikian juga dengan hidup kita. Sebuah negara kecil di seberang jendela kita mengajarkan, milikilah ikon (prestasi, ilmu, keahlian) yang bermanfaat. Niscaya dunia akan mengakui kita.

Jakarta - 2 Maret 2015

Selamat hari Senin untuk anda yang merayakannya di jalan tol, jalan biasa maupun di jalan-jalan tikus.
Ini kota makin sesak. Luasnya "hanya" 661 km2 lebih sedikit, siang hari dijejali lebih dari 13 juta hidung yang mencari napas, dengan menyeruakkan kurang lebih 26 juta motor serta 5 juta mobil untuk sekedar lewat atau ikut meramaikan parade rutin setiap hari bernama kemacetan. Hingga bahkan untuk bernafas sehat pun kita harus berusaha keras.

Kota ini adalah sebuah "akuarium" lengkap tempat hidup berbagai tipologi manusia. Dari yang beragama, merasa paling beragama hingga tak merasa tak beragama. Semua komplit bernyawa.
Pantaslah bila hidup makin sulit, walau setengah jumlah orang kaya Indonesia ada di kota ini. Bila pendapatan per kepala rata-rata per tahun adalah Rp 120 juta atau per bulannya sepuluh juta rupiah saja; maka sebenarnya statistik telah "membohongi kita". Ya, karena sebenarnya rata-rata itu tidak rata; sebagian berpendapatan lebih sedikit dari sejuta rupiah sebulannya, namun di sudut yang lain sebagian kecil mampu mencicil mobil mercy dengan gajinya.

Beban kota ini berat. Beban kota ini makin berat, karena, akhir-akhir ini, merasa harus menyekolahkan kembali wakil rakyatnya, yang tak bisa membedakan antara penyimpan daya dengan pembangkit daya.
Jakarta, selamat hari Senin untuk anda semua yang berdesakan menikmatinya

Bom Suka dan Duka - 12 Maret 2015

Lelaki itu dengan tenang menyetir mobil kijang "biasa-biasanya" mengarahkannya lobby hotel. Siang itu terik, Selasa 5 Agustus 2003 dan penjagaan sekuriti seperti hari-hari kemarin saja. Tidak ada yang istimewa.
Tepat pukul 12.45 waktu jakarta, sebuah ledakan dahsyat, meluluhlantakkan teras depan JW Marriot, hotel yang dituju kijang biasa dengan Asmar Latin Sani di dalamnya. Semua terkesiap, terkejut dan panik melanda.
Keesokan harinya semuanya menjadi bersiaga. Bersiaga penuh untuk kemudian pelan-pelan lupa, atau melupakannya.
Jumat, 17 Juli 2009 pukul 07.45 waktu Jakarta -enam tahun kemudian- saat kesiagaan itu mulai sirna, kehidupan seolah berjalan biasa-biasa : di tempat yang sama, mengalami peristiwa yang sama. Bom menghantam, meluluhlantakkan lobby dan restoran.
Saya pikir, demikian juga hidup kita. Tuhan mengingatkan kita dengan berbagai cara. Bisa menghempaskan bom berisi SUKA atau DUKA : berupa bencana, kegagalan atau bahkan kelimpahan tak terduga. Lalu setelah bom itu meledak, kita bersiaga penuh, merasa harus berubah... lalu pelan-pelan lupa atau melupakannya.
Kita bersemangat di walnya, lalu rutinitas menjadikan semua kembali biasa-biasa saja. Maka "gelisah" adalah cara menghalau perasaan nyaman.
Bencana, kegagalan itu terkadang membuat hidup kita istimewa. Kita nikmati saja dan berubah setelahnya.
-------------------------------------------------------
Disarikan dan diolah dari Buku MENJAGA API, Agung Adiprasetyo- terutama- Hal : 45-50.

ABCDE Hidup - 31 Maret 2015

"... Tahun 1905. Dia hanya mendengar dari kejauhan, bahwa ada orang hebat bernama Thomas Alva Edison. Orang cerdas yang bisa menciptakan segala alat pintar pada jaman itu. Cita-citanya hanya satu, menjadi mitra kerja Thomas Alva Edison.
Maka ditempuhlah perjalanan dari Midwest tempatnya tinggal ke West Orange di New Jersey, dengan satu-satunya baju yang dia miliki. Menumpang di sambungan kereta barang, melawan angin sepanjang 3000 km selama 24 jam. Tekadnya kuat untuk bertemu Thomas Alva. Hingga siang yang panas, dia berada di depan kantor Thomas. tentu dengan penampilan kumal ala gelandangan, staf kantor Thomas melarang anak muda ini bertemu bos-nya.
Tapi, anak muda ini berkata tegas dan lantang," Aku harus bertemu Thomas Alva Edison, karena aku akan menjadi mitra bisnisnya yang hebat". Thomas bertemu dengannya, tidak yaking melihat penampilannya dan memberinya pekerjaan sebagai ujian : sebagai tukang bersih-bersih kantor. Sebuah tugas yang dijalani anak muda ini ikhlas, karena dia tahu harus banyak belajar.
Suatu masa dua tahun kemudian. Thomas Alva Edison menemukan alat bernama Ediphone, cikal bakal perekam percakapan di masa kini. Semua sales yang bekerja untuk Thomas bilang, Ediphone adalah sebuah kesia-siaan belaka. Tak akan ada orang yang membeli. Tapi, anak muda ini, yang sudah dua tahun menjadi tukang bersih-bersih kantor berkata yakin pada Thomas bahwa dia akan membuat alat ini terjual ke seantero Amerika.
Dan benar, Edwin C Barnes, anak muda ini sukses besar menjual Ediphone dan kisah suksesnya menjadi inspirasi yang salah satunya ditulis oleh Napoleon Hill dalam buku "Think and Grow Rich".
Bukankah begitu rumus kehidupan. ABCDE : Allah (Tuhan) menciptakan B(irth) dan D(eath) lalu setelah itu E(nd). Diantara Birth (Lahir) dan Death (mati) ada C....CHOICE, atau pilihan. Pilihan untuk menemukan banyak sekali CHANCES alias kesempatan.
Maka, temukan berbagai kesempatan kita dengan pilihan yang sudah kita ambil. Jangan menggerutu, atau mengeluh.

Monyet dan Pisang - 2 April 2015

"... ada yang mengatakan pada saya cara pemburu menangkap monyet-monyet di Afrika. Cukup tempatkan pisang-pisang di dasar toples berleher sempit yang tertanam di tanah. Monyet-monyet itu akan memasukkan tangannya ke toples dan menggapai pisang tersebut. karena tidak mau melepaskannya, si monyet terjebak dengan toples di tangannya ..."

Memutuskan untuk memilih, membuka dan membaca "berita-berita buruk" berpotensi menjebak potensi baik dan hilangnya peluang. Hidup terasa buruk, susah, berat . Selamat memilih berita baik atau berita buruk.

(Buku HOW TO MOVE YOUR BANANAS, Dr Daniel Drubin, Hal : 2)

Every Man a King - 6 April 2015

"... sebagian besar orang menjalani kehidupannya terpincang-pincang dikarenakan mereka memikirkan pikiran-pikiran lemah, pikiran berpenyakit, pikiran kegagalan. Mereka berfokus pada apa yang mereka tak punya, ketimbang memanfaatkan yang telah dimiliki. Bagaimana seorang manusia bisa memiliki pribadi yang "merdeka" bila dia diperbudak oleh pikiran "aku susah dan tak beruntung" ..."

Jaman makin sulit, bagi mereka yang berfokus pada kesulitan. Berita selalu buruk, karena berita buruk itu yang mereka cari dan ingin dengar. Orang lain selalu sukses, mewah dan kaya karena itu yang sibuk mereka "intip". Sambil lupa bahwa masing-masing dari kita semua dilahirkan kaya raya.

BAB Keyakinan Negatif itu Melumpuhkan, BUKU Every Man A King, KARYA Orison Swett Marden, HAL 85-86

Smash Davidson - 8 April 2015

Joknya sudah ditambal lakban, body kit nya sudah rompal, tenaga masih ada walau kadang sering engap juga. Melihat dia, saya jadi berasa romantis terus.
Umurnya sudah sembilan tahun. Di masa merintis MISTERBLEK dia jadi tulang punggung. Bolak balik jatuh, ketabrak, menabrak dan ditabrak. Pernah ditunggangi nonstop Bogor-Cirebon. Berpuluh kali mogok kehabisan bensin, didorong. Sudahlah.
Dan dia masih bertahan, tidak ngambek saat kini MISTERBLEK sudah mampu beli motor yang lebih muda, lebih perkasa.
Kini dia jadi saksi membangun BHR, tugasnya tentu tak seberat dulu, mengantar surat atau sekedar remeh temeh seperti tarik uang di ATM atau beli makan siang.
Hidup juga begitu kan, seperti kisah Smash Davidson. Dia sekedar menjalani, tanpa mengeluh. Hanya menjalani. Bila tiba waktunya semua akan jauh lebih nikmat.
Gagal itu soal berhenti, mencabut kunci di tempat yang yang belum semestinya kita berhenti.

Filosofi Kopi - 10 April 2015

"...dia juga titip pesan, kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu.
Sesempurna apapun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan.
Tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya..."

Filosofi Kopi, Dee, Hal : 28

Puisi Perkawinan - 10 April 2015

NOTA BENE : AKU KANGEN
Oleh : W.S. Rendra

Lunglai - ganas karena bahagia dan sedih,
indah dan gigih cinta kita di dunia yang fana.
Nyawamu dan nyawaku dijodohkan langit,
dan anak kita akan lahir di cakrawala.

Ada pun mata kita akan terus bertatapan hingga berabad-abad lamanya.
Juwitaku yang cakap meskipun tanpa dandanan
untukmu hidupku terbuka.
Warna-warna kehidupan berpendar-pendar menakjubkan
Isyarat-isyarat getaran ajaib menggerakkan penaku.
Tanpa sekejap pun luput dari kenangan padamu
aku bergerak menulis pamplet, mempertahankan kehidupan.

Jakarta, Kotabumi, 24 Maret 1978

Kampas Rem - 14 April 2015

Saya taksir usianya sepantaran saya, 40 tahun. Kemarin di bengkel motor, dia datang tak lama setelah saya dengan motor hijaunya. Harga baru motor ini sekitar 200 juta rupiah. Lumayan, bahkan kalau belinya nyicil sekalipun.
Motor saya jelas kelihatan culun diparkir disamping motor 800cc ini.
Saya perhatikan om keren ini ngobrol dengan mekanik, dan mekanik ini menyebut angka 400 ribuan untuk harga kampas rem depan. Om keren ini langsung setuju, tanpa pikir panjang. Kampas rem 400ribu.
Rasa "ngiri" yang tadinya mau terbit mendadak sirna. Kampas rem motor culun saya cuma 35 ribu.
Itulah hidup. Kadang punya motor, kita mendadak pengen punya mobil. Punya rumah tipe 45, mendadak pengen rumah di cluster seluas 450 meter persegi, Punya mobil lama, mendadak pengen mobil baru : semua gara-gara melihat orang lain lebih dan lebih dari kita.
Padahal, Tuhan tahu apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Motor culun paling pas untuk kondisiku saat ini.
Tuhan akan memutuskan kapan saya pantas dan mampu membeli kampas rem 400ribu. Tugas saya : cuma berdoa dan berusaha.
Saya dekati om keren itu, saya ngobrol pengen tahu apa usaha dia.

Kepiting - 15 April 2015

"...pelelangan ikan sedang sibuk pagi itu. Angin laut membawa nelayan pulang di sebuah pesisir pinggiran Malaysia. Mahathir Mohammad, Perdana Menteri Malaysia kala itu sedang blusukan ke Tempat Pelelangan ikan dekat situ.

Saat berjalan, dikeliling segenap pejabat dan ajudan, tertumbuklah dia pada pemandangan menarik, di sebuah sudut. Seorang tengkulak, menaruh sekeranjang kepiting laut -masih hidup- begitu saja tanpa mengikat satu demi satu kaki kepiting. Ditumpuk begitu saja, saling injak di dalam keranjang terbuka. Mahathir dengan heran bertanya,"Apakah tak kabur kemana-mana kepiting itu, hanya kau tumpuk tak kau ikat kakinya".

"Tidak Pak, kepiting tidak mungkin dan tak bisa lari keluar dari keranjang. Karena bila ada satu yang berusaha keluar keranjang, maka kepiting lain akan serta merta menarik ke bawah satu kepiting yang akan keluar tadi. Alhasil, tidak ada satupun kepiting yang bisa keluar dari keranjang itu,"Jawab si tengkulak.
Bukankah hidup juga begitu. Ketika kita ingin membuat perubahan, biasanya yang kita lakukan adalah mengubah kebiasaan, atau "apa-apa yang kita lakukan". Mustahil ingin mengubah hasil, tanpa mau mengubah prosesnya. Mustahil pula, mengulang sesuatu yang sama, tapi mengharapkan hasil yang berbeda.

Tapi, pendapat negatif, diberati gengsi, takut capek, "bully"-an, cercaan, penolakan adalah semacam kepiting-kepiting dalam keranjang menarik temannya yang akan melangkah keluar. Kepiting lemah, akan kembali ke keranjang. Kalah, gagal. Kembali menghadapi persoalan yang sama, sama dan sama. Hingga hidupnya berakhir di atas meja makan. Menjadi santapan.
Saya pikir, kita semua bukan kepiting. Kecuali, memang kita kadang suka mencubit.
------------------------
Disarikan dan diolah dari buku : MENJAGA API, Agung Adiprasetyo, Hal : 165-166.

Doa malam - 22 April 2015

Bilapun ada suatu malam dimana bulan tak mau bersinar, atau siang sendu sunyi tanpa matahari : itu tak akan menyusahkanku. Berbagai tahun berat telah kita lewati bersama dengan suka ria. Kebersamaan, adalah harta terindah yang kita miliki. Terimakasih telah memberikan harta terindah itu, harta yang membuatku kuat melewati berbagai badai.

Kesasar - 25 April 2015

"... tujuannya adalah tanah subur di timur nun jauh dari daratan tempat tinggalnya, menjelajahi dunia dari keingintahuannya yang tinggi. Proposalnya dibawa kemana-mana.

Setelah ditolak raja Portugis dan Inggris, pria ini akhirnya berhasil mendapatkan kepercayaan ratu Spanyol. Pada kemudian hari setelah menjelajahi samudra berbulan-bulan, ia mendarat di sebuah tempat.
"India!" Ia berseru kepada semua awal kapalnya. "Kita telah mendarat di India". Tapi ternyata dia mendarat di benua yang bukan menjadi harapannya. Benua yang kelak dinamakan Amerika.

Lalu dia kembali ke Spanyol, menghadap Ratu Isabel. Menjadi bahan cemoohan penjelajah lain yang merasa lebih lihai dalam menentukan rute menuju tanjung Harapan, tanah yang sudah dekat dengan India.
Tapi alih-alih dihukum karena tersasar, Pria ini, Christopher Colombus diberi penghargaan oleh raja Ferdinand dan ratu Isabel. Bahkan hingga kini namanya dikenal sebagai penemu benua Amerika.

Saat dicemooh, Columbus hanya berkata,"kalau saya tak pernah mau kesasar, kalian tak pernah menemukan jalan yang baru".
--------------
Dipersembahkan untuk teman-teman yang (sedang) lesu di hari Sabtu, lelah berfikir, bosan dan -mungkin- takut kesasar. Dikutip dari BUKU "30 Paspor di Kelas Sang Professor-Kisah Anak-anak Muda Kesasar di Empat Benua", JS Khairen, Hal vii-viii.

Kepak Sayap Jiwa - 1 Mei 2015

"...manusia memang sebuah peta. Peta kehidupan. Bisa tergulung dan tertutup, bisa terbuka. bagi yang mau menjelajah ke dalam dirinya, menjelajah ke alam sekitar dan menjelajah ke jiwa manusia-manusia lain, sungguh kekayaan yang amat mahal yang akan didapatkannya. Oleh karena itu, sebagai penghuni sebuah titik tak berarti dari peta yang amat luas itu, yang diperlukan hanya kerendahan hati ..."

Hal : 208, Epilog KEPAK SAYAP JIWA, Mustofa W Hasyim.

Membaca Orang - 11 Mei 2015

Banyak bertemu orang, maka makin banyak kesempatan buat kita "membaca" orang.
Setiap kali "membaca" orang, selalu saja ada inspirasi di sana. Dan, membagi inspirasi selalu menyenangkan, membuat awet muda dan awet tanggal muda.
Katanya...