Begitu saja kami bertemu, ngobrol hingga dini hari. Berbicara soal
tugas mengambil kapur tulis di ruang guru, kisah para teman : si upik
yang jadi abu dan si abu yang jadi upik. Kami mengenang masjid tempat
kami mengaji, para khotib yang dulu kami mintai tanda tangan di buku
catatan khotbah sholat Jumat. Kami berbicara dan tertawa mengenang masa
kecil dilempar penghapus papan tulis karena berisik atau mengantuk di
kelas.
Kisah-kisah anak
yang dulu tak tahu masa depannya akan menjadi apa. Hingga datang tadi
malam, dari timur dan barat kami bertemu berbicara nasib teman -teman
yang kini menjadi penjaja baso penjaga toko kain, manajer isi ulang gas
elpiji, tukang tambal ban dan tentu saja pegawai negeri. Sebagian
teman malah sudah lebih dulu menghadap Yang Kuasa.
Tadi malam, kami bercanda mengingat celana seragam yang kerap robek karena ulah tak bisa diam kami.
Bukan sibuk membanggakan merk celana yang kini kami miliki.
Tadi malam, kami bercanda mengingat celana seragam yang kerap robek karena ulah tak bisa diam kami.
Bukan sibuk membanggakan merk celana yang kini kami miliki.
No comments:
Post a Comment