Tuesday, February 3, 2015

Bangsa yang Sibuk, 7 Januari 2015

BANGSA FESBUK YANG SIBUK. Menarik sekali belajar dari bangsa fesbuk ini. Ini bangsa yang sibuk.
Pemilihan presiden sudah kelar tiga bulan lalu, tapi segala macam tautan soal presiden yang mantan tukang meubel ini masih saja bersileweran. Ada yang menelisik latar belakang, nama bapak dan simboknya, hingga analisa-analisa pentingnya gerakan untuk segera menggulingkannya. Baru tahulah saya, presiden juga bisa dibuat guling, selain kambing dan kapuk randu.
Presiden rakyat fesbuk ini, di awal masa berkuasanya menaikkan ...eh, mencabut subsidi harga bensin rakyatnya. Rakyat yang gemar naik mobil atau motor kemana-mana, karena transportasi publik tak nyaman katanya. Motor itu juga yang dipakai kebut-kebutan anaknya, tanpa SIM tentu saja. Di hari-hari ini, baru terasa bukan bensin dibakar yang membuat panas, tapi perseteruan serta berbagai analisa soal harga bensin yang lebih membuat hati membara. Sampai-sampai ada yang sibuk memindai struk bensin dari pom bensin negeri tetangga.
Lalu tiba-tiba soal seorang menteri wanita yang nyentrik, ingin mengebom kapal-kapal ikan. Sekonyong-konyong juga bikin heboh. Dibahas dari merek rokok hingga nama anaknya yang jelita. Tentu, ada yang sibuk mematut-matut perilaku serta masa lalu sang menteri, dibandingkan masa lalu para analis yang hidupnya (seperti) paling bersih sedunia.
Belum kelar urusan menteri wanita, jatuhlah sebuah pesawat yang bosnya ada di negeri tetangga. Entah mendengar sendiri atau tidak, ramai di media dikabarkan menteri yang mengurusi pewasat udara marah-marah. Dibumbui segala macam komentar dan analisa. Tiba-tiba semua rakyat fesbuk menjadi ahli transportasi udara, hebatnya diantara para analis dan ahli itu, naik pesawat setahun sekali pun belum tentu. Sampai kagum aku dibuatnya.
Baru seminggu -sebagian- rakyat fesbuk (pura-pura) peduli dan berduka, tanpa dinyana berita harga gas naik daun di media masaa. Rakyat fesbuk yang sudah berpengalaman menjadi ahli sejarah genetika asal-usul manusia, pakar transportasi udara, pengamat dunia samudra dan perikanan kini menjelma menjadi expert gas alam dan penggunaannya.
Para ahli, analis, kritikus, komentator -hebatnya - itu itu saja orangnya. Perlu juga bertanya di mana mereka bersekolah dan berguru pada siapa, sehingga bisa pintar menguasai ilmu segala rupa. Dan asyik juga melihat mereka, memaparkan segala argumentasi (seolah-olah) pintarnya, untuk mendapat persetujuan dari kaum serta ekspert dalam golongannya. Serupa wakil rakyat jaman Orba, yang duduk rapat untuk mendapat ketuk palu dan teriakan : setujuuuuu ....
Bangga jadi bagian dari dinamika bangsa yang sibuk, bangsa fesbuk. Sibuk tak kemana-mana.

No comments:

Post a Comment