Tuesday, September 2, 2014

BISNIS (dalam) PUSARAN DOA, 21 Agustus 2014

BISNIS (dengan) PUSARAN DOA. Sambil mengucek mata, saya pencet huruf di seluler butut warna hitam muda. Di ujung sana bertanya : saya sudah berdagang cukup lama, tapi tak ada perubahan nasib saya. Makin lama makin capek dan tersiksa.

Saya jawab : kalau begitu saya mau berbagi cerita ya...

Pak Ichsan Muhammad, mitra MISTERBLEK di Sukabumi, bisa menjual 500 sachet seminggu. Pesanan ke saya otomatis juga 500 sachet per minggu, saya dapat Rp 150 x 500 = Rp 75.000,- per minggu dari pak Ichsan.
Pak Ichsan menjual kopi MISTERBLEK dari saya, sudah diblender dan dimasukkin cup plastik, Rp 12.000,- per cup. Dia mendapat Rp 12.000 x 500 = Rp 6.000.000,- per minggu.

Adakah saya menjadi lebih kaya Rp 75.000, per minggu dan pak Ichsan menjadi lebih kaya Rp 6 juta per minggu? TIDAK. Ternyata tidak seperti itu bisnis berjalan.

Karena penjualan pak Ichsan, karyawannya mendapat upah Rp 1.000.000 per bulan, yang dari uang itu dia bisa membeli beras, lauk, kecap dan pulsa untuk seorang istri dan tiga anaknya. Dia bisa membeli bensin yang akhirnya petugas pom bensin bisa juga hidup karenanya. Dia membeli beras di pasar, sehingga pedagang beras, sopir mobil bak yang mengirim beras plus petani bisa hidup karenanya. Dan dia membayar toilet di dekat tempat dia bekerja, hingga tukang jaga toilet tersenyum dan berterimakasih karenanya.

Hingga ...

Petani berdoa untuk sopir mobil bak agar dilancarkan perjalanan membawa berasnya ke pasar. Sopir mobil bak berdoa agar pedagang beras maju berdagangnya sehingga tetap memakai jasanya. Pedagang beras berdoa untuk karyawan pak Ichsan, agar lancar kerjanya dan lancar membeli beras terus dari dia, makin banyak dan makin banyak belanjanya. Demikian juga petugas pom bensin, pengemis di perempatan dan tukang jaga toilet. Karyawan Pak Ichsan, menjadi pusat pusaran doa, dan pusaran doa itu mendorong beliau ke atas, ke atas, dan terus ke atas.

Maka bayangkan anda punya 200 pak Ichsan, dengan total 500 karyawan. Tentu akan dahsyat sekali pusaran doa itu mendorong kita ke atas.

Sehingga -menurut saya- itulah hakekat kita membangun bisnis dan bekerja. Menciptakan pusaran doa yang super besar, yang mendorong kita -pemiliknya- ke posisi naik terus ke atas.

Dorongan itu akan membentuk kekayaan tak cuma sekedar harta atau uang, tapi kesehatan, keluarga yang tentram, teman lama yang terus menghibur dan mendoakan, serta teman baru yang mencerahkan.

Itulah yang saya sebut : Ber-Bisnis, atau Bekerja (dengan) Pusaran Doa. Bangulah bisnis karena mengharapkan besarnya pusaran doa, bukan karena besarnya margin belaka. Berbagilah walaupun hanya berupa cerita lucu, tawa. Hebat lagi bila itu berupa ilmu dan harta.

Seperti yang saya share kemarin : Hidup pasti tak Lengkap, tapi semestinya kita bisa ikut Melengkapi hidup orang lain.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terinspirasi dari beberapa sahabat dan mitra : mas Ichsan Sukabumi, kangBaba Husein, pak Mistervicks Vicktor, mas Idhan Misterblek, ustadzHelfian Rusad dan banyak nama lain yang tak bisa saya sebut satu-satu

Photo: BISNIS (dengan) PUSARAN DOA. Sambil mengucek mata, saya pencet huruf di seluler butut warna hitam muda.  Di ujung sana bertanya : saya sudah berdagang cukup lama, tapi tak ada perubahan nasib saya.  Makin lama makin capek dan tersiksa.

Saya jawab : kalau begitu saya mau berbagi cerita ya...

Pak Ichsan Muhammad, mitra MISTERBLEK di Sukabumi, bisa menjual 500 sachet seminggu.  Pesanan ke saya otomatis juga 500 sachet per minggu, saya dapat Rp 150 x 500 = Rp 75.000,- per minggu dari pak Ichsan.
Pak Ichsan menjual kopi MISTERBLEK dari saya, sudah diblender dan dimasukkin cup plastik, Rp 12.000,- per cup.  Dia mendapat Rp 12.000 x  500 = Rp 6.000.000,- per minggu.

Adakah saya menjadi lebih kaya Rp 75.000, per minggu dan pak Ichsan menjadi lebih kaya Rp 6 juta per minggu?  TIDAK.  Ternyata tidak seperti itu bisnis berjalan.

Karena penjualan pak Ichsan, karyawannya mendapat upah Rp 1.000.000 per bulan, yang dari uang itu dia bisa membeli beras, lauk, kecap dan pulsa untuk seorang istri dan tiga anaknya.  Dia bisa membeli bensin yang akhirnya petugas pom bensin bisa juga hidup karenanya.  Dia membeli beras di pasar, sehingga pedagang beras, sopir mobil bak yang mengirim beras plus petani bisa hidup karenanya.  Dan dia membayar toilet di dekat tempat dia bekerja, hingga tukang jaga toilet tersenyum dan berterimakasih karenanya.

Hingga ...

Petani berdoa untuk sopir mobil bak agar dilancarkan perjalanan membawa berasnya ke pasar.  Sopir mobil bak berdoa agar pedagang beras maju berdagangnya sehingga tetap memakai jasanya. Pedagang beras berdoa untuk karyawan pak Ichsan, agar lancar kerjanya dan lancar membeli beras terus dari dia, makin banyak dan makin banyak belanjanya.  Demikian juga petugas pom bensin, pengemis di perempatan dan tukang jaga toilet.  Karyawan Pak Ichsan, menjadi pusat pusaran doa, dan pusaran doa itu mendorong beliau ke atas, ke atas, dan terus ke atas.

Maka bayangkan anda punya 200 pak Ichsan, dengan total 500 karyawan. Tentu akan dahsyat sekali pusaran doa itu mendorong kita ke atas.  

Sehingga -menurut saya- itulah hakekat kita membangun bisnis dan bekerja.  Menciptakan pusaran doa yang super besar, yang mendorong kita -pemiliknya- ke posisi naik terus ke atas.  

Dorongan itu akan membentuk kekayaan tak cuma sekedar harta atau uang, tapi kesehatan, keluarga yang tentram,  teman lama yang terus menghibur dan mendoakan, serta teman baru yang mencerahkan.
 
Itulah yang saya sebut : Ber-Bisnis, atau Bekerja (dengan) Pusaran Doa.  Bangulah bisnis karena mengharapkan besarnya pusaran doa, bukan karena besarnya margin belaka.  Berbagilah walaupun hanya berupa cerita lucu, tawa. Hebat lagi bila itu berupa ilmu dan harta.

Seperti yang saya share kemarin : Hidup pasti tak Lengkap, tapi semestinya kita bisa ikut Melengkapi hidup orang lain.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Terinspirasi dari beberapa sahabat dan mitra : mas Ichsan Sukabumi, kang Baba Husein, pak Mistervicks Vicktor, mas Idhan Misterblek, ustadz Helfian Rusad dan banyak nama lain yang tak bisa saya sebut satu-satu

No comments:

Post a Comment