Tuesday, September 2, 2014

PEMPEK 88 BATURAJA, 2 September 2014

PEMPEK 88 BATURAJA, 2014. Kiosnya ada di area niaga, dekat stasiun kota Baturaja-Sumatera Selatan. Dia adalah contoh bahwa kadang perubahan itu bisa kejam pada yang diam.

Saya menyinggahi "warung" pempek 88 ini tas rekomendasi seorang teman. Katanya, tekwannya super rasanya. Saya bukan penggemar tekwan, tapi belajar menyukainya, dan ternyata memang enak. Dikelola sepasang suami istri tanpa anak, dan sudah turun-temurun : reputasi pempek 88 sudah sudah tak diragukan. Mereka -suami istri- ini mengelola dan mengolah pempek serta tekwan dengan penuh cinta. Apa yang mereka jual hari ini, adalah yang mereka buat hari ini.

Tapi, menengok kembali pempek 88 beberapa bulan kemarin di tahun 2014, dia kelihatan makin renta dan tak tahan didera perubahan. Dia tua, dia tak bisa berubah dan Dia kehilangan kharismanya.

Maka saya teringat film "The Secret Life of Walter Mitty". Tokohnya, Walter Mitty yang "tenggelam" selama puluhan tahun di ruang kerjanya yang suram di kantor majalah LIFE yang nyaris tutup. Dia sering melamun berangan melakukan banyak hal menakjubkan, hingga dia DIPAKSA untuk bergerak, berpetualang bahkan melakukan petualangan yang "beyond his imagination". Dia didesak oleh situasi, hingga dia menjadi Walter yang baru. The Power of Kepepet.

Maka, belajarlah saya dari Pempek 88. Saya teringat satu perintah di kitab suci saya : bertebaranlah di muka bumi. Jadi dinamis, bergerak, jangan statis. Jangan hanya berangan atau berfantasi. Penyelesalan akan datang saat kita sudah telanjur tua dan tergilas jaman. Berani lakukan perubahan dan kadang cicipi kegagalan, dan kita akan bersyukur -karena pada akhirnya- kita akan tahu, bahwa kegagalan itu cara Tuhan membuat kita lebih pandai, lebih kuat, lebih hebat.

Di jalan Kemarung tempat Pempek 88 berada, saya jadi saksi, betapa diam menunggu perubahan itu berbuah suram. Dia ditelan perubahan itu sendiri.

Keluarlah dari sisi nyamanmu, bertebaranlah di muka bumi dan buatlah banyak perubahan. Begitu mungkin pesannya.

Photo: PEMPEK 88 BATURAJA, 2014.  Kiosnya ada di area niaga, dekat stasiun kota Baturaja-Sumatera Selatan.  Dia adalah contoh bahwa kadang perubahan itu bisa kejam pada yang diam.

Saya menyinggahi "warung" pempek 88 ini tas rekomendasi seorang teman.  Katanya, tekwannya super rasanya.  Saya bukan penggemar tekwan, tapi belajar menyukainya, dan ternyata memang enak.  Dikelola sepasang suami istri tanpa anak, dan sudah turun-temurun : reputasi pempek 88 sudah sudah tak diragukan.  Mereka -suami istri- ini mengelola dan mengolah pempek serta tekwan dengan penuh cinta.  Apa yang mereka jual hari ini, adalah yang mereka buat hari ini.

Tapi, menengok kembali pempek 88 beberapa bulan kemarin di tahun 2014, dia kelihatan makin renta dan tak tahan didera perubahan.  Dia tua, dia tak bisa berubah dan Dia kehilangan kharismanya.

Maka saya teringat film "The Secret Life of Walter Mitty".  Tokohnya, Walter Mitty yang "tenggelam" selama puluhan tahun di ruang kerjanya yang suram di kantor majalah LIFE yang nyaris tutup.  Dia sering melamun berangan melakukan banyak hal menakjubkan, hingga dia DIPAKSA untuk bergerak, berpetualang bahkan melakukan petualangan yang "beyond his imagination".  Dia didesak oleh situasi, hingga dia menjadi Walter yang baru.  The Power of Kepepet.

Maka, belajarlah saya dari Pempek 88.  Saya teringat satu perintah di kitab suci saya : bertebaranlah di muka bumi.  Jadi dinamis, bergerak,  jangan statis.  Jangan hanya berangan atau berfantasi. Penyelesalan akan datang saat kita sudah telanjur tua dan tergilas jaman.  Berani lakukan perubahan dan kadang cicipi kegagalan, dan kita akan bersyukur  -karena pada akhirnya- kita akan tahu, bahwa kegagalan itu cara Tuhan membuat kita lebih pandai, lebih kuat, lebih hebat.

Di jalan Kemarung tempat Pempek 88 berada, saya jadi saksi, betapa diam menunggu perubahan itu berbuah suram. Dia ditelan perubahan itu sendiri.  

Keluarlah dari sisi nyamanmu, bertebaranlah di muka bumi dan buatlah banyak perubahan.  Begitu mungkin pesannya.

No comments:

Post a Comment