Tuesday, May 12, 2015

Bom Suka dan Duka - 12 Maret 2015

Lelaki itu dengan tenang menyetir mobil kijang "biasa-biasanya" mengarahkannya lobby hotel. Siang itu terik, Selasa 5 Agustus 2003 dan penjagaan sekuriti seperti hari-hari kemarin saja. Tidak ada yang istimewa.
Tepat pukul 12.45 waktu jakarta, sebuah ledakan dahsyat, meluluhlantakkan teras depan JW Marriot, hotel yang dituju kijang biasa dengan Asmar Latin Sani di dalamnya. Semua terkesiap, terkejut dan panik melanda.
Keesokan harinya semuanya menjadi bersiaga. Bersiaga penuh untuk kemudian pelan-pelan lupa, atau melupakannya.
Jumat, 17 Juli 2009 pukul 07.45 waktu Jakarta -enam tahun kemudian- saat kesiagaan itu mulai sirna, kehidupan seolah berjalan biasa-biasa : di tempat yang sama, mengalami peristiwa yang sama. Bom menghantam, meluluhlantakkan lobby dan restoran.
Saya pikir, demikian juga hidup kita. Tuhan mengingatkan kita dengan berbagai cara. Bisa menghempaskan bom berisi SUKA atau DUKA : berupa bencana, kegagalan atau bahkan kelimpahan tak terduga. Lalu setelah bom itu meledak, kita bersiaga penuh, merasa harus berubah... lalu pelan-pelan lupa atau melupakannya.
Kita bersemangat di walnya, lalu rutinitas menjadikan semua kembali biasa-biasa saja. Maka "gelisah" adalah cara menghalau perasaan nyaman.
Bencana, kegagalan itu terkadang membuat hidup kita istimewa. Kita nikmati saja dan berubah setelahnya.
-------------------------------------------------------
Disarikan dan diolah dari Buku MENJAGA API, Agung Adiprasetyo- terutama- Hal : 45-50.

No comments:

Post a Comment