Tuesday, May 12, 2015

Kepiting - 15 April 2015

"...pelelangan ikan sedang sibuk pagi itu. Angin laut membawa nelayan pulang di sebuah pesisir pinggiran Malaysia. Mahathir Mohammad, Perdana Menteri Malaysia kala itu sedang blusukan ke Tempat Pelelangan ikan dekat situ.

Saat berjalan, dikeliling segenap pejabat dan ajudan, tertumbuklah dia pada pemandangan menarik, di sebuah sudut. Seorang tengkulak, menaruh sekeranjang kepiting laut -masih hidup- begitu saja tanpa mengikat satu demi satu kaki kepiting. Ditumpuk begitu saja, saling injak di dalam keranjang terbuka. Mahathir dengan heran bertanya,"Apakah tak kabur kemana-mana kepiting itu, hanya kau tumpuk tak kau ikat kakinya".

"Tidak Pak, kepiting tidak mungkin dan tak bisa lari keluar dari keranjang. Karena bila ada satu yang berusaha keluar keranjang, maka kepiting lain akan serta merta menarik ke bawah satu kepiting yang akan keluar tadi. Alhasil, tidak ada satupun kepiting yang bisa keluar dari keranjang itu,"Jawab si tengkulak.
Bukankah hidup juga begitu. Ketika kita ingin membuat perubahan, biasanya yang kita lakukan adalah mengubah kebiasaan, atau "apa-apa yang kita lakukan". Mustahil ingin mengubah hasil, tanpa mau mengubah prosesnya. Mustahil pula, mengulang sesuatu yang sama, tapi mengharapkan hasil yang berbeda.

Tapi, pendapat negatif, diberati gengsi, takut capek, "bully"-an, cercaan, penolakan adalah semacam kepiting-kepiting dalam keranjang menarik temannya yang akan melangkah keluar. Kepiting lemah, akan kembali ke keranjang. Kalah, gagal. Kembali menghadapi persoalan yang sama, sama dan sama. Hingga hidupnya berakhir di atas meja makan. Menjadi santapan.
Saya pikir, kita semua bukan kepiting. Kecuali, memang kita kadang suka mencubit.
------------------------
Disarikan dan diolah dari buku : MENJAGA API, Agung Adiprasetyo, Hal : 165-166.

No comments:

Post a Comment