Wednesday, August 6, 2014

Perkara Boikot - 6 Agustus 2014

PERKARA BOIKOT. Minggu-minggu terakhir ini, masuk ke japri atau ada juga via "broadcast message" yang bertubi-tubi mengajak saya ikutan memboikot beberapa merek produk. Katakan yang saya kenal dan masih beberapa kali pakai : produk McD dan Coca Cola.

Begini, perkara boikot ini -sebelum kita bicara setuju tak setuju - kita dudukkan permasalahannya dulu. McD dan Coca Cola beroperasi di Indonesia dan "ikut menghidupi" puluhan ribu karyawan dan kalau dihitung sama keluarga para karyawan itu bisa ratusan ribu. Sampai saat ini belum ada perusahaan lokal atau "milik kita" yang bisa membuat produk pengganti, atau bisa menyediakan lapangan kerja pengganti bilamana ajakan boikot ini sukses beneran.

Saya sendiri, sebagai tukang kopi gurem, hanya mampu "berkontribusi" ikut menghidupi tidak lebih dari 500 orang mantan penganggur. Sementara yang nge-broadcast ajakan boikot masih bekerja nyaman : ada yang di bank, di perusahaan papan atas yang sahamnya listing di bursa efek, malah perusahaan besar milik "barat" ...bisa bangsa barat, bisa juga sumatera barat alias orang minang hehehe...

Nah, sekarang saya berbalik mengajak nih, lewat status tidak penting ini, yok teman-teman yang mengajak boikot, bikin yuk usaha. Malah kalau berani keluar yuk dari perusahaan tempatmu bekerja sekarang. Kita bikin usaha dari nol, kita bangun perusahaan dan produk hebat, kita tampung pengangguran dan calon pengangguran dari perusahaan yang kita akan boikot habis-habisan ini.

Kan tidak adil, kita membuat orang lain menganggur tapi kita sendiri nggak bisa menyediakan lapangan kerja alternatif. Ini pemerintah sudah kasih kemudahan, bikin PT bisa dengan modal disetor Rp 0.

Saya nggak punya saham di McD atau Coca Cola-global maupun Indonesia- jadi tak ada urusan membela-bela mereka. Saya cuma tukang kopi gurem yang belum mampu menyerap banyak pengangguran.

Barangkali dengan momentum ini saya bisa mengajak anda selain memboikot, juga menjadi pengusaha. Mungkin perkara boikot kita jadi lebih sakti.

Kita mulai dari diri kita sendiri, dari yang kecil dan dari sekarang

Photo: PERKARA BOIKOT.  Minggu-minggu terakhir ini, masuk ke japri atau ada juga via "broadcast message" yang bertubi-tubi mengajak saya ikutan memboikot beberapa merek produk.  Katakan yang saya kenal dan masih beberapa kali pakai : produk McD dan Coca Cola.

Begini, perkara boikot ini -sebelum kita bicara setuju tak setuju - kita dudukkan permasalahannya dulu.  McD dan Coca Cola beroperasi di Indonesia dan "ikut menghidupi" puluhan ribu karyawan dan kalau dihitung sama keluarga para karyawan itu bisa ratusan ribu.  Sampai saat ini belum ada perusahaan lokal atau "milik kita" yang bisa membuat produk pengganti, atau bisa menyediakan lapangan kerja pengganti bilamana ajakan boikot ini sukses beneran.

Saya sendiri, sebagai tukang kopi gurem, hanya mampu "berkontribusi" ikut menghidupi tidak lebih dari 500 orang mantan penganggur.  Sementara yang nge-broadcast ajakan boikot masih bekerja nyaman : ada yang di bank, di perusahaan papan atas yang sahamnya listing di bursa efek, malah perusahaan besar milik "barat" ...bisa bangsa barat, bisa juga sumatera barat alias orang minang hehehe...

Nah, sekarang saya berbalik mengajak nih, lewat status tidak penting ini, yok teman-teman yang mengajak boikot, bikin yuk usaha.  Malah kalau berani keluar yuk dari perusahaan tempatmu bekerja sekarang.  Kita bikin usaha dari nol, kita bangun perusahaan dan produk hebat, kita tampung pengangguran dan calon pengangguran dari perusahaan yang kita akan boikot habis-habisan ini.  

Kan tidak adil, kita membuat orang lain menganggur tapi kita sendiri nggak bisa menyediakan lapangan kerja alternatif.  Ini pemerintah sudah kasih kemudahan, bikin PT bisa dengan modal disetor Rp 0.

Saya nggak punya saham di McD atau Coca Cola-global maupun Indonesia- jadi tak ada urusan membela-bela mereka.  Saya cuma tukang kopi gurem yang belum mampu menyerap banyak pengangguran.   

Barangkali dengan momentum ini saya bisa mengajak anda selain memboikot, juga menjadi pengusaha.  Mungkin perkara boikot kita jadi lebih sakti.

Kita mulai dari diri kita sendiri, dari yang kecil dan dari sekarang

No comments:

Post a Comment