Thursday, August 7, 2014

Pisang Kapik Uni Jun - 26 Juli 2014

PISANG KAPIK UNI JUN. Ini bukan soal Uni Jun-nya. Saya tak sempat banyak berbincang dengannya, karena tangannya sibuk membuat pisang kapik, dan melayani pembeli. Uni Jun penganut paham sedikit bicara, banyak uangnya.

Ini soal maha penting, hal Pisang Kapik. Makanan sederhana, pisang bakar yang dijepit diantara dua lembar papan, plus dilumuri bumbu kelapa parut manis. Pisang kapik "most wanted" adanya di pasar ateh (alias pasar atas) Bukittinggi. Seperti yang saya bilang, makanan ini sederhana : tapi cita rasanya tak sederhana. Magnifico.

Maestro pisang kapik tak banyak di Pasar Atas Bukittinggi, saya kira tak banyak juga se Sumatera Barat. Saya kira ini yang membuat makanan sederhana ini dijual dengan harga cukup lumayan, Rp 5000 per potongnya. Bila digoreng, harga pisang goreng -dengan bahan dan ukuran yang sama- tak lebih dari Rp 1000 per potongnya.

Uni Jun-sang maestro pisang kapik- tahu harga.

Patutlah kita belajar pada Uni Jun dan Pisang Kapik. Berapa "harga" kita di kehidupan ini? Adakah sudah wajar atau masih murah? Uni Jun memberi nilai tambah pada pisang biasa-biasa : sebuah cita rasa tak sederhana. Sehingga rasa pisang kapiknya menjadi tak sederhana dan menjadi buruan pecintanya.

Patutlah kita berkaca diri, bertanya selama ini berapa "harga" kita : mengapa ada orang yang dihargai Rp 5 juta perjamnya bahkan lebih, sementara kita yang sudah banting tulang hanya dihargai kurang dari Rp 1 juta per jamnya.

Mungkin inilah saatnya kita juga banyak memberikan nilai tambah pada diri sendiri dan orang lain di sekitar kita, supaya "harga" kita bisa naik di kehidupan.

Jangan lupa sambil merenung, comot dan kunyah sepotong pisang kapik ala Uni Jun, nanti saat buka puasa.

Photo: PISANG KAPIK UNI JUN.  Ini bukan soal Uni Jun-nya.  Saya tak sempat banyak berbincang dengannya, karena tangannya sibuk membuat pisang kapik, dan melayani pembeli.  Uni Jun penganut paham sedikit bicara, banyak uangnya.

Ini soal maha penting, hal Pisang Kapik.  Makanan sederhana, pisang bakar yang dijepit diantara dua lembar papan,  plus dilumuri bumbu kelapa parut manis.   Pisang kapik "most wanted" adanya di pasar ateh (alias pasar atas) Bukittinggi. Seperti yang saya bilang, makanan ini sederhana : tapi cita rasanya tak sederhana.  Magnifico.  

Maestro pisang kapik tak banyak di Pasar Atas Bukittinggi, saya kira tak banyak juga se Sumatera Barat.  Saya kira ini yang membuat makanan sederhana ini dijual dengan harga cukup lumayan, Rp 5000 per potongnya. Bila digoreng, harga pisang goreng -dengan bahan dan ukuran yang sama- tak lebih dari Rp 1000 per potongnya.

Uni Jun-sang maestro pisang kapik- tahu harga.

Patutlah kita belajar pada Uni Jun dan Pisang Kapik.  Berapa "harga" kita di kehidupan ini?  Adakah sudah wajar atau masih murah?    Uni Jun memberi nilai tambah pada pisang biasa-biasa : sebuah cita rasa tak sederhana.   Sehingga rasa pisang kapiknya menjadi tak sederhana dan menjadi buruan pecintanya.

Patutlah kita berkaca diri, bertanya selama ini berapa "harga" kita : mengapa ada orang yang dihargai Rp 5 juta perjamnya bahkan lebih, sementara kita yang sudah banting tulang hanya dihargai kurang dari Rp 1 juta per hari.

Mungkin inilah saatnya kita juga banyak memberikan nilai tambah pada diri sendiri dan orang lain di sekitar kita, supaya "harga" kita bisa naik di kehidupan.

Jangan lupa sambil merenung, comot dan kunyah sepotong pisang kapik ala Uni Jun,  nanti saat buka puasa.

No comments:

Post a Comment