Wednesday, August 20, 2014

RILO BADAK dan TETEH SYAHRINI

RILO SI BADAK PUTIH DAN TETEH SYAHRINI. Namanya Rilo, dia badak putih yang tinggal di Afrika. di kampung saya dulu, badak adalah nama makanan-yang di bogor makanan ini namanya balabala- tapi Rilo adalah badak yang sebenarnya.

Rilo memiliki tanduk di atas mocongnya, mungkin tepatnya sekitar kening. Saya baru tahu, bahwa tanduk itu terbuat dari keratin, sama seperti rambut kita. Mengapa Tuhan mengolah bahan yang sama menjadi bentuk yang berbeda antara tanduk di kepala badak dan rambut di kepala kita ? Tuhan Maha Tahu.

Bahkan tanpa tanduk pun, mantan-mantan bos saya dulu yang bila sedang marah selalu disebut "sedang bertanduk". barangkali itu jawaban kenapa Tuhan memberi manusia rambut yang bergerai kecil-kecil, dan bukan tanduk yang gembel, solid.

Rilo berkulit sangat tebal, itu adalah salah satu mekanisme pertahanan dia. Tapi dia takluk pada mahluk kecil bernama kutu. Kutu yang kurus kecil menempel dan akan menggembung gemuk saat sukses menghisap darah Rilo dan teman-temannya. Mengapa Tuhan seperti "berbuat jahat" pada Rilo? menciptakan mahluk pengganggu yang mengisap darahnya ?

Eh, ternyata di mana ada Rilo, ada burung pemakan kutu. Dia memberi jasa cari kutu untuk badak, dan kenyang oleh kutu yang gemuk-gemuk.

Bukankah di kehidupan kita juga begitu ? Kadang kita mengira Tuhan itu kejam karena memberi kita "kutu", anak saya yang hidup di jaman cyber menyebutnya "haters". Orang-orang yang tak suka melihat kita gembira, sukses, damai. Selalu sinis dan negatif.

Tapi jangan lupa. "kutu" atau "haters" itu juga menghidupkan kita, menghidupkan Rilo : membuat Rilo bermanfaat untuk para burung pemakan kutu.

Ingat kutu dan haters, saya teringat status seorang teman di medsos tentang teteh Syahrini (ah, dia lagi) : Sebenci-bencinya kamu sama Syahrini, senyinyir-nyinyirnya kamu sama Syahrini, tapi dia bisa belanja Hermes dan jalan-jalan ke Italia. Sedang kamu hanya berhenti dengan daster dan makan mie instan di rumah".

Rilo pasti tak kenal Syahrini. Tapi Rilo dan Syahrini sama, tak peduli pada kutu dan haters di sekelilingnya. Rilo tetap makan banyak dan Syahrini tetap manggung. Rilo tetap menikmati kutu di kulitnya menghidupi burung dan Syahrini menikmati guling-guling di rumput sambil berteriak "I Feel Free". Kutu tetap kutu dan haters tetap jadi kutukupret.

Hidup harus jalan terus, menciptakan prestasi, banyak berbagi dan banyak memberi manfaat untuk sekeliling kita.

Photo: RILO SI BADAK PUTIH DAN TETEH SYAHRINI.  Namanya Rilo, dia badak putih yang tinggal di Afrika.  di kampung saya dulu, badak adalah nama makanan-yang di bogor makanan ini namanya balabala- tapi Rilo adalah badak yang sebenarnya.

Rilo memiliki tanduk di atas mocongnya, mungkin tepatnya sekitar kening.  Saya baru tahu, bahwa tanduk itu terbuat dari keratin, sama seperti rambut kita.  Mengapa Tuhan mengolah bahan yang sama menjadi bentuk yang berbeda antara tanduk di kepala badak dan rambut di kepala kita ?  Tuhan Maha Tahu.  

Bahkan tanpa tanduk pun, mantan-mantan bos saya dulu yang bila sedang marah selalu disebut "sedang bertanduk".  barangkali itu jawaban kenapa Tuhan memberi manusia rambut yang bergerai kecil-kecil, dan bukan tanduk yang gembel, solid.   

Rilo berkulit sangat tebal, itu adalah salah satu mekanisme pertahanan dia.  Tapi dia takluk pada mahluk kecil bernama kutu.  Kutu yang kurus kecil menempel dan akan menggembung gemuk saat sukses menghisap darah Rilo dan teman-temannya.  Mengapa Tuhan seperti "berbuat jahat" pada Rilo?  menciptakan mahluk pengganggu yang mengisap darahnya ?

Eh, ternyata di mana ada Rilo, ada burung pemakan kutu.  Dia memberi jasa cari kutu untuk badak, dan kenyang oleh kutu yang gemuk-gemuk.

Bukankah di kehidupan kita juga begitu ?  Kadang kita mengira Tuhan itu kejam karena memberi kita "kutu", anak saya yang hidup di jaman cyber  menyebutnya "haters".  Orang-orang yang tak suka melihat kita gembira, sukses, damai.  Selalu sinis dan negatif.     

Tapi jangan lupa. "kutu" atau "haters" itu juga menghidupkan kita, menghidupkan Rilo : membuat Rilo bermanfaat untuk para burung pemakan kutu.

Ingat kutu dan haters, saya teringat status seorang teman di medsos tentang teteh Syahrini (ah, dia lagi) : Sebenci-bencinya kamu sama Syahrini, senyinyir-nyinyirnya kamu sama Syahrini, tapi dia bisa belanja Hermes dan jalan-jalan ke Italia.  Sedang kamu hanya berhenti dengan daster dan makan mie instan di rumah".

Rilo pasti tak kenal Syahrini.  Tapi Rilo dan Syahrini sama, tak peduli pada kutu dan haters di sekelilingnya.  Rilo tetap makan banyak dan Syahrini tetap manggung.  Rilo tetap menikmati kutu di kulitnya menghidupi burung dan Syahrini menikmati guling-guling di rumput sambil berteriak "I Feel Free".  Kutu tetap kutu dan haters tetap jadi kutukupret.

Hidup harus jalan terus, menciptakan prestasi, banyak berbagi dan banyak memberi manfaat untuk sekeliling kita.

No comments:

Post a Comment