Monday, December 8, 2014

Empat Ratus Juta Rupiah, 4 November 2014

EMPATRATUSJUTA RUPIAH. Baiklah, Kisah ini saya mulai dari sebuah Bank swasta di kota Malang, enam tahun silam. Menunggu di lounge khusus nasabah prioritas, dia ngobrol dengan seorang satpam yang bertugas saat itu, di situ. Usianya belum genap 35 tahun, dan satpam itu lima tahun lebih tua. Obrolan biasa, seorang nasabah prioritas dengan seorang satpam.

Hingga sampailah pada sebuah topik, pak satpam bercerita soal gajinya yang sudah tiga tahun tak beranjak, sementara kebutuhan semakin banyak. Dia-tokoh kita ini- tekun mendengar cerita, dan mengangsurkan kartu namanya pada pak Satpam. " Pak, temui saya di kantor saat nanti bapak off kerja, siapa tahu saya bisa memberikan jalan keluar. Hanya syaratnya, Bapak mau belajar saja," katanya. 

Singkat cerita, empat tahun kemudian nasib pak Satpam sudah berubah luar biasa. Selembar kartu nama, kemauan belajar, ketekunan serta ridhoNya ikut menentukan perubahan nasibnya. Kini dia memimpin empatpuluh anggota tim, dan ber-Terios putih baru kemana-mana. Hal yang sama, juga terjadi pada beberapa ibu rumah tangga, karyawan swasta yang mulai lelah dengan karirnya dan sales sabun cuci yang tetap ingin bisnis sabun cucinya tetap bisa bekerja : yamg ditemui tokoh kita ini di swalaya, rumah sakit dan pompa bensin.

Dia, tokoh kita ini, berbisnis "membangun manusia".

Kemarin saya menemuinya. Karena Senin, dia berpuasa. Dia sudah ikut "membangun" 500 orang yang kini menjadi bagian timnya dan satpam yang ditemuinya enam tahun lalu adalah salah satunya. Dari para tiada menjadi berada. Dibawanya kami, saya dan istri, berkeliling kota Malang dengan mobil Lexus putihnya, yang saking halus suara mesinnya : itu mobil nyala atau mati tak ada bedanya. Dia memimpin sholat ashar di masjid dekat kantornya, dan bernasehat pada tim yang di pimpinnya seolah usianya sudah tua.

Mas Eka, terimakasih sambutannya, sharing ilmunya. Saya tak syak, Tuhan berikan anda penghasilan Rp 400 juta rupiah per bulan sebagai imbalan, karena anda sudah menjadi saluran rezeki dan ilmu buat manusia lainnya.

Tanpa teriakan, kepongahan, kepalsuan, caci maki serta berbagai retorika di media sosial. Teriakanmu hanya lewat kerja nyata, prestasi dan inspirasi. Dia tak hanya memikirkan bagaimana mengisi perutnya sendiri, atau bagaimana rumahnya harus makin megah berdiri. Dia berbagi dengan cara yang para pendengki bilang : ah, jualan asuransi.

Mas Eka : itu mengapa, kami datang jauh untuk belajar dari anda.

No comments:

Post a Comment