Monday, December 8, 2014

Harga Bensin dan Pilihan Kita. 18 November 2014

HARGA BENSIN PREMIUM DAN PILIHAN KITA. Lihatlah kesibukan tadi malam, ketika jalanan tiba-tiba macet karena terbentuk banyak antrian. Lihatlah keriuhan di sosial media pagi ini dan tadi malam, karena sebuah pengumuman. Harga bensin premium naik.

Bukankah, harga bensin premium naik karena pilihan kita sendiri ?

Kita memilih mengeluarkan Rp 100 ribu per hari, dari Bogor menuju kantor di Jakarta, ketimbang "sedikit" bersesak di KRL dengan Rp 10 ribu pulang pergi? Dan pilihan itu yang membuat berbarisnya fortuner, innova, avanza dan aneka mobil kilap lainnya melahap bensin premium -tanpa malu- dan bersesak di jalanan ibukota.

Dan karena pilihanmu, kereta listrik harus terus disusui dengan subsidi, karena engkau tak mau ikut "membiayai" orang miskin yang naik bersamamu.

Kita memlilih mengendarai mobil kita sendiri, sambil meminta sopir mengantar anak sekolah dan istri belanja dengan mobil kita yang lain. Sehingga jalan depan sekolah anakmu, menjadi ikut sesak dan macet karena mobil tak kebagian parkir, terpaksa parkir di pinggir jalan raya.
Karena istrimu pergi berbelanja memakai mobil yang bagus catnya, sungguh aib bila perginya ke pasar becek tradisional, bagaimana nanti kalau lecet catnya. Belum lagi gerahnya. Pergilah ke mall, belanjalah di hypermarket. Lupakan tukang cabe atau pedagang beras yang sedikit-sedikit kehilangan pembeli.

Dan karena pilihanmu, lalu kamu bilang di media-media, orang kecil- para tukang beras dan tukang cabe - makin sengsara.

Karena pilihan kita memakai mobil dan motor kita sendiri, maka sopir angkot sedikit-sedikit kehilangan penumpangnya. Dia perlu waktu "ngetem" sangat lama, dia "ngetem" di samping mobilmu yang diparkir di jalan raya depan sekolah anakmu : jalanan makin sesak. Pilihanmu ini membuat sopir angkot sulit mengejar setoran, jumlah rit sehari makin sedikit dan terpaksa menghidupi mobilnya dengan onderdil KW3.

Dan karena pilihanmu, kamu mengeluh angkot yang berkeliaran bobrok dan tak manusiawi.
Maka pilihanmu pula yang membuat jarak dari Monas ke Senayan yang hanya sepenggalan penggaris : menghisap berliter-liter bensin premium mobil dan motormu. Menkonversinya menjadi gas pembunuh dan pencipta udara gerah di Jakarta ini.

Pilihanmu juga untuk menghemat kekuatan urat kaki, memakai motor matic ke minimarket depan kompleks rumah, yang -padahal- bau keringat kasirnya saja tercium dari pintu garasimu.

Maka, bensin premium naik ini adalah konsekuensi tak langsung dari pilihanmu, pilihanmu pula yang membuat pedagang di pasar menjerit kehilangan pembeli, puncak makin macet-kebutuhan bensin premium tukang angkut sayur makin banyak dan sayur yang kau beli makin mahal. Pilihanmu yang membuat harga barang melonjak tinggi, karena truk pembawa kebutuhanmu terjebak di tol diantara mobil-mobil bagusmu yang makin hari bertambah banyak. Pilihanmu pula yang membuat angkot kehilangan penumpang dan makin sering mogok karena onderdil KW3.

Maka, bila hari-hari ini kita masih bertengkar soal siapa pantas jadi presiden, dia atau kamu, percuma saja. Bensin premium tetap naik, hari ini atau lusa.

No comments:

Post a Comment