Wednesday, June 25, 2014

Hikayat Mas Gondrong - 18 Juni 2014

HIKAYAT MAS GONDRONG. Mas Gondrong pedagang ayam potong dari Bojong. Mas Gondrong ulet berkeliling menjaja ayam potong, sampai kulitnya gosong. Dari ayam potong, dia bisa hidup dan sesekali mencukur rambutnya yang gondrong.

Hingga datang di depannya, anak orang kaya di kampungnya yang berniat belajar berdagang. Dia datang membawa membawa segepok uang sambil berkata," Ini uangku, aku ingin belajar berdagang darimu, ajari aku". Mas Gondrong setuju, karena memang dia suka membantu.

Uang dari anak orang kaya dibelikannya gerobak dan perlengkapan untuk menjual ayam potong. Tapi, anak orang kaya itu selalu menolak dan bilang,"aku selalu sibuk, tak punya waktu", bila mas Gondrong mengajaknya berdagang, berkeliling. Hingga gerobak itu mangkrak, mas Gondrong yang menanggung rasa lelah mempertahankannya. Anak orang kaya meradang dan menuntut uang dikembalikan.

Mas Gondrong iba tapi dia tak lagi punya uang. Jangankan keuntungan, bahkan rasa lelahnyapun tak terbayar. Mas Gondrong baru bisa berjanji, dia akan memberikan "sebagian" uang sang anak orang kaya. Bukan karena dia berhutang, tapi karena dia tak ingin kehilangan teman. Mas Gondrong yang berdagang ayam potong tetap berkeliling desa Bojong menjajakan ayam potong.

Ayam potong tak lagi bisa mencorong, pesaing banyak, apalagi ada isu ayam glonggong. Mas Gondrong menyambi berdagang kacang polong. Teman-temannya mengejek dan mencemooh mas Gondrong, kata mereka ," Mana laku berjualan kacang polong di desa Bojong, ini Bojong bukan Hongkong. Kacang polong adalah barang haram, karena di Bojong banyak orang giginya kuning dan bolong-bolong.

Tapi bukan mas Gondrong bila dia menyerah dan bersembunyi di bawah kolong. Mas Gondrong kini hidupnya bahagia karena berdagang ayam potong dan kacang polong. Dia bahagia bukan karena kaya, tapi karena dia punya ayam potong dan kacang polong. Berdagang kacang polong membuatnya bisa pergi jauh ke Rawa belong, tersenyum dan menampilkan giginya yang ompong.

Mas Gondrong tetap berjuang, ulet dan tak sombong. Setiap kali "ditagih" oleh si anak orang kaya, dia tetap berkata, " kalau memang ayam potongku memberikan untung, akan kuberikan uangku untukmu". Dia tak berbohong

Mas Gondrong tetap ingat janjinya, dia tetap berjuang di desa Bojong menjual ayam potong. Sambil menjajakan kacang polong, walaupun desa Bojong bukanlah Hongkong. Dia dicerca dan dicemooh, karena itu dia tak sombong. Dia tetap berdagang dan berdagang, hingga kulitnya makin gosong.

No comments:

Post a Comment