Tuesday, June 17, 2014

Perjuangan bi Diyah - 20 Desember 2013

Saya cuma tahu panggilanya Bi Diyah, entahlah apa nama lengkapnya. Beliau orang yang datang membantu kami bersih-bersih rumah dan menyetrika setiap dua hari sekali, karena kami memilih tak memiliki pembantu. Umurnya, hampir pasti di atas 50 tahun dan dia pernah bercerita sudah memiliki 3 anak yang "sudah jadi orang", menjadi guru dan pegawai Pemda. 

Memperjuangkan "anak" menjadi "orang", dia bekerja sendiri karena suaminya menganggur dan sakit-sakitan. Beliau bekerja di empat rumah di kompleks kami, secara begantian. Setiap hari menyelesaikan setrikaan setidaknya 150-200 lembar pakaian, tanpa mengeluh. Bila beliau datang, hebohlah isi rumah dengan candaan bahasa Sundanya yang tak kami mengerti sama sekali. Kadang dia berisik menawarkan keripik pisang produksinya sendiri.

Bila lusa adalah Hari Ibu, makalah dia sosok Ibu. Dia bekerja bukan karena terpaksa, bukan untuk sebuah kegagahan, bukan karena mengharap jabatan atau untuk simbol perjuangan.

Mimpinya jelas dan sangat kuat, itu yang menggerakkan badannya, bekerja mengais rezeki. Dia tak pernah mengeluh, tak pernah pula membanggakan diri : karena buat beliau, inilah pilihan perjuangannya.

No comments:

Post a Comment