Tuesday, June 17, 2014

Tukang Kerupuk - 13 Maret 2014

#tukangkerupuk. Di Semarang, krupuk model begini disebut kerupuk terung, warnanya ada yang putih ada yang kuning. Saingan krupuk model ini adalah kerupuk gendar, yang dibuat dari nasi ditumbuk diberi boraks. Sebagai orang jawa proletar, sarapan ternikmat adalah nasi putih dikecapin berlauk kerupuk terung.

Barusan, tukang kerupuk langganan lewat bawa dua koli kerupuk di pikulannya. Saya tanya, kok kerupuk sebanyak ini bisa "kriuk" semua.

Katanya," Pak, dibalik kerupuk ada ilmunya. Menggoreng kerupuk itu minyaknya harus panas, karena kalau minyaknya tak panas dia tak akan mengembang dan kriuk. Dan supaya minyak yang panas nggak terlalu panas dan bikin gosong, goreng kerupuk sekali cemplung harus banyakan, jadi panasnya keserap sama kerupuk yang banyak itu".

Punya usaha juga begitu. Supaya berkembang atau mengembang usahanya, ya harus siap dengan kondisi tak nyaman, yang diwakili salah satunya oleh rasa panas.
Supaya"panas" nya tak bikin kita gosong, kita kerjakan usaha ramai-ramai atau melibatkan banyak orang. Masalah atau keuntungan jangan diserap sendiri. Maka rezeki kenikmatannya juga bikin "kriuk" banyak orang juga

No comments:

Post a Comment